PERANTI RETORIKA
Oleh Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
Peranti retorika adalah hal-hal yang
menjadi alat atau media yang memengaruhi keberhasilan penutur dalam proses
bertutur. Peranti retorika terpilah menjadi dua peranti utama, yaitu peranti
linguistik dan peranti nonlinguistik. Peranti linguistik
adalah peranti yang berkaitan langsung dengan kebahasaan. Peranti nonlinguistik
adalah peranti yang berkaitan dengan hal-hal di luar kebahasaan.
A. Peranti Linguistik
Peranti linguistik
berhubungan secara langsung dengan faktor-faktor kebahasaan. Hal ini berkaitan
sangat erat dengan media utama retorika, yaitu bahasa. Oleh karena itu,
penguasaan bahasa secara baik dan benar akan sangat memengaruhi seorang penutur
dalam menyampaikan tuturannya secara ideal.
Penguasaan
kebahasaan yang dimaksudkan dalam retorika mencakup semua tataran kebahasaan,
yakni fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Pendayagunaan semua
unsur kebahasaan tersebut berupa pemanfaatan, pemilihan, penyusunan, dan
pengolahan unsur-unsur kebahasaan dalam penyampaian tuturan.
Unsur-unsur
kebahasaan yang menonjol yang termanfaatkan dalam retorika antara lain
pemilihan kata (diksi), penyusunan dan penyiasatan strukttur. Pemilihan kata
(diksi) adalah ketepatan penutur mewadahi pesan dengan kata-kata yang
menimbulkan daya tarik tertentu, mengajuk perasaan pembaca/pendengar, dan
memudahkan penanggap tutur untuk memahami isi tuturan. Termasuk dalam diksi ini
adalah bentuk pemajasan. Penguasaan majas dengan sempurna sangat berpengaruh
terhadap penyampaian tutur.
Penyusunan dan
penyiasatan struktur bahasa berhubungan dengan penyusunan kata, frasa, klausa,
dan kalimat yang mewadahi pesan secara efektif, menarik, dan komunikatif. Penyiasatan
struktur dapat berupa bentuk pengulangan bunyi-bunyi, kata, atau kalimat
(repetisi atau paralelisme), penentangan makna (antitesis), pengurutan memuncak
(klimaks) atau pengurutan menurun (antiklimaks), dan lain-lain.
B. Peranti Nonlinguistik
Peranti nonlinguistik berhubungan dengan hal-hal di luar
kebahasaan. Peranti itu meliputi:
1. Pokok persoalan (tema) yang diangkat sebagai bahan
tuturan,
2. Pengetahuan dan wawasan penutur,
3. Sistematika tuturan,
4. Sikap dan gaya penutur,
5. Kemampuan penalaran (kesanggupan mengungkapkan gagasan),
6. Kesanggupan beradaptasi pada sistem budaya dan
kemasyarakatan, dan
7. Pemahaman secara cermat terhadap konteks (5W+1H, apa,
siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana)
Implementasi dari peranti nonlinguistik tersebut dapat diwujudkan dalam petunjuk
praktis sebelum berbicara di depan publik. Sebelum bertemu dengan publik
(penanggap tutur) hal yang perlu dilakukan adalah:
a. Persiapan mental,
b. Persiapan materi,
c. Penguasaan mimbar,
1) Selalu mengarahkan pandangan ke seluruh penanggap tutur,
2) Berkonsentrasi penuh terhadap tema,
3) Melibatkan penanggap tutur dalam tema,
4) Menempatkan posisi secara tepat,
5) Mengatur intonasi dan volume suara secara baik.
6) Tidak terlalu banyak memberi selingan di luar tema.
d. Latihan yang terartur
Berkaitan dengan mempersiapkan penampilan tutur yang baik, peranti
nonlinguistik yang perlu diperhatikan adalah langkah-langkah persiapan yang
meliputi:
a. Menentukan maksud tuturan,
b. Menganalisis pendengar dan suasana
c. Mengumpulkan bahan,
d. Membuat kerangka tuturan.
Beberapa petunjuk penting untuk penutur yang berkaitan dengan peranti
nonlinguistik antara lain:
a. Mulailah setenang munkin,
b. Pikirkan sesuatu yang positif untuk melenyapkan rasa
takut dan cemas,
c. Jangan terikat pada teks,
d. Jangan memulai dengan permohonan maaf,
e. Mulailah dengan nada positif,
f. Berusahalah untuk menarik perhatian pendengar,
g. Bernafaslah sedalam-dalamnya sebelum memulai berbicara,
h. Mulailah berbicara jika pendengar saudah tenang,
i.
Tampillah
dengan semangat,
j.
Jangan
mengarahkan pandangan pada satu titik,
k. Tidak terlalu banyak gerak-gerik,
l.
Jangan
berpenampilan yang sombong,
m. Jangan menampakkan kejenuhan/kelesuan,
n. Jangan salah dalam mengantarkan tema
Tidak ada komentar:
Posting Komentar