Senin, 31 Desember 2012

KONTEMPLASI TAHUN BARU MELADIAH 2013

KONTEMPLASI TAHUN BARU MELADIAH 2013
Oleh Muhamad Subhan, S,Pd., M.Pd.

SELAMAT TAHUN BARU 2013 M

Orang yang mulia adalah orang yang mengangkat dirinya dengan memperteguh ketakwan dan waspada terhadap kemaksiatan. Orang bijaksana adalah orang yang selalu berbuat dan bersikap secara tepat dan cermat dan tidak pernah mengingkari suara hati nurani dan akal sehatnya. Hal itu merupakan perwujudan dari kuatnya keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Seseorang yang memegang prinsip ketakwaan, menjunjung tinggi perintah Allah, dan menghindari perbuatan durhaka, maka orang itulah yang akan mendapatkan kebajikan yang tak terthitung jumlahnya.

Jumat, 23 Maret 2012

TUGAS DAN PERANAN GURU DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
Guru merupakan salah satu komponen terpenting dalam IBM. Guru sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami tugas dan perannya. Tidak sekedar memahami, guru harus mampu mengaplikasikan tugas dan perannya secara optimal dalam pembelajaran..Berikut ini akan dibahas secara ringkas hal tersebut.
A. Tugas Guru dalam IBM
Secara garis besar tugas guru terpilah menjadi tiga, yaitu tugas instruksional, tugas edukasional, dan tugas manajerial. Ketiga tugas tersebut saling terkait. Guru harus mampu memainkan peran secara proporsional ketiga tugas tersebut dalam kegiatan pembelajaran.
Tugas intruksional adalah tugas guru untuk menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan bidangnnya. Tugas ini bertujuan untuk meningkatkan atau mengembangkan sisi intelektual anak. Guru dituntut harus menguasai materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik. Hal-hal yang terkait dengan tugas tersebut adalah guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang hangat dan fleksibel, guru harus mampu mendistribusikan tanggung jawab kepada anak, guru harus mampu memiliah-milah permasalahan di kelas, dan guru harus mampu membangun semangat persatuan dan kesatuan dalam kelas.
Tugas edukasional adalah tugas guru untuk mengembangkan dan meningkatkan sikap mental atau kepribadian anak. Tujuan dari tugas ini adalah untuk meningkatkan sisi afektif. Hal-hal yang terkait dengan tugas ini adalah guru harus mengembangkan siswa memiliki tugas sebagai makhluk individual, sosial, dan agama. Tugas ini dikenal dengan tugas mendidik.
Tugas manajerial adalah tugas yang dilakukan oleh guru untuk mendayagunakan seluruh komponen yang ada di dalam kelas terutama proses belajar siswa. Untuk melaksanakan tugas terasebut, guru harus menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas. Adapun prinsip pengelolaan kelas antara lain keantusiasan atau kehangatan, tantangan, keluesan, kevariasian, kedisiplinan, dan kepositifan.
Sumber:
Masnur, M, dkk.- Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Jemmars.

B. Peranan Guru
Untuk merealisasikan tugas-tugas yang telah diuraikan di atas, guru mempunyai banyak peran dalam interaksi belajar- mengajar. Peranagan guru dapat diuraikan seperti di bawah ini
1. Guru sebagai sumber belajar
Guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Guru dapat dinilai baik atau buruk dapat dilihat dari penguasaan materi pelajaran. Sebagai sumber belajar sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang baik dan banyak, mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa, dan mampu melakukan poemetaan materi pelajaran.
2. Guru sebagai fasilitator.
Guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. “Apa yang harus dilakukan siswa agar mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal?” Hal-hal yang harus dipahami guru sebagai fasilitator antara lain :
a. memahami berbagai jenis media dan fungsinya,
b. mempunyai keterampilan merancang media,
c. mampu mengorganisasi jenis media dan memanfaatkannya sebagai sumber belajar, dan
d. mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
3. Guru sebagai pengelola.
Guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Prinsip belajar yang harus diperhatikan guru antara lain:
a. semua yang dipelajari siswa, siswa harus mempelajarinya sendiri,
b. siswa belajar mempunyai kecepatan masing-masing,
c. siswa akan lebih banyak belajar jika setiap melaksanakan tahapan kegiatan diberi reinforcement atau penguatan, dan
d. jika siswa diberi tanggung jawab, ia akan lebih termotivasi untuk belajar.
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran, ada dua macam kegiatan, yaitu menelola sumber belajar dan melaksanakan perannya sebagai sumber belajar. Sebagai pengelola, guru mempunyai empat fungsi, yaitu :
a. merencanakan tujuan belajar,
b.mengorganisasi berbagai sumber belajar,
c. memimpin (memotivasi dan mnstimulasi siswa), dan
d. mengawasi segala hal dalam rangka pencapaian tujuan.
4. Guru sebagai demonstrator
Guru mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang ditunjukkan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator, yaitu:
a. guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji,
b. guru harus menunjukkan cara agar setiap materi pelajaran dapat lebih dipahami oleh siswa.
5. Guru sebagai pembimbing.
Siswa adalah individu yang unik. Setiap individu memunyai perbedaan. Peran guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Maka dari itu seorang guru harus memahami anak didik yang sedang dibimbing dan terampil merencanakan proses pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi.
6. guru sebagai motivator.
Guru harus menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Cara memotivasi anak adalah:
a. memperjelas tujuan yang akan dicapai,
b. membangkitkan minat siswa terhadap materi,
c. menciptakan Susana yang menyenangkan,
d. memberi pujian yang wajar setiap keberhasilan,
e. memberi penilaian,
f. memberi komentar terhadap hasil kerja siswa,
g. menciptakan persaingan dan kerja sama.
7. Guru sebagai evaluator
Guru berperan untuk mengumpulkan informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Ada dua fungsi dalam perannya sebagai evaluator, yaitu:
a. menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan
b. menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan yang telah diprogramkan.
Sumber:
Sanjaya, Wina, Dr., M.Pd. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

MALU KEPADA ALLAH TANDA KESEMPURNAAN IMAN

MALU KEPADA ALLAH ADALAH TANDA KESEMPURNAAN IMAN
Oleh Muhamad Subhan, S.Pd.



Sikap malu adalah tanda kesempurnaan iman sesorang. Malu yang dimaksudkan di sini adalah malu kepada Allah bukan malu kepada sesama. Malu kepada sesama adalah hal yang lumrah dan biasa serta setiap orang memiliki sikap ini. Berpakaian buruk dan lusuh malu dilihat orang, mengendarai sepeda butut malu kepada tetangga, rumah buruk malu kepada teman, sepeda motor ketinggalan zaman malu kepada rekan kerja, dan masih banyak lagi rasa malu yang ditimbulkan oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Rasa malu seperti itulah yang berimplikasi pada sikap rakus, sombong, dan menghalalkan segala cara untuk dapat menyamai yang lain agar TIDAK MALU.

Malu yang merupakan indikator kesempurnaan iman adalah malu kepada Allah dan juga malu kepada sesama. Malu kepada sesama bukan karena pakaian yang buruk atau lusuh atau karena rumah yang buruk serta bukan karena kendaraan yang butut atau ketinggalan zaman, tetapi malu dengan memejamkan mata dari segala hal yang tidak halal. Sedangkan malu kepada Allah dengan menyadari sesadar-sadarnya akan nikmat Allah yang dikaruniakan kepada dirinya kemudian malu untuk berbuat maksiat atau malu tidak menjalankan perintah-Nya atau malu menjalankan larangan-larangan-Nya. Malu yang seperti inilah yang merupakan tanda kesempurnaan iman.

Alangkah dhoifnya diri kita, Allah telah mengaruniakan nikmat yang tak mampu kita menghitungnya (mata yang bisa berkedip, lidah yang mampu merasakan aneka rasa, mata yang mampu melihat aneka warna, hidung yang mampu menghisap udara segar (O2) dan mengeluarkan udara beracun (CO2), dan lain-lain) namun kita tidak mau tahu akan hal itu sehingga kita masih kerap melakukan hal-hal yang dilarang-Nya. Sikap seperti inilah yang disebut TIDAK PUNYA MALU. Ibarat seorang bos atau direktur yang telah memberikan berbagai fasilitas dan kedudukan yang mapan kepada anak buahnya, namun anak buahnya tidak pernah berterima kasih bahkan selalu melanggar aturan main direkturnya serta masih sering menghina dan mngumpat direkturnya, anak buah seperti itu yang disebut dengan anak buah tak tahu diri dan tak tahu malu. Apakah yang terjadiu selanjutnya jika hal tersebut dilakukan secara terus menerus oleh anak buahnya? Pastilah direktur itu akan murka dan akan mencabut seluruh fasilitas yang telah diberikannya juga akan menurunkan pangkat dan kedudukannya, bahkan bisa jadi akan dipecat menjadi anak buahnya. (Bagaimanakah jika Allah telah murka pada hamba-Nya?)

Bagaimanakah hakikat malu kepada Allah itu? Marilah kita renungkan sabda Rasulullah SAW. Yang artinya:
“Malulah kamu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya. Para sahabat berkata, ‘Kami sudah malu kepada Allah dan segala puji bagi Allaj.’ Beliau bersabda, ‘Bukan begitu, akan tetapi barang siapa malu kepada Allah dengan malu yang sebenarnya, maka hendaklah ia menjaga kepala dan anggota tubuh yang berada di kepala (yaitu mata, hidung, telinga, dan mulut), perut, dan yang berada di rongga dada, dan hendaklah ia ingat mati dan kerusakan. Dan barang siapa yang menginginkan akhirat, maka ia harus meninggalkan kesenangan kehidupan dunia. Maka barang siapa yang telah mengerjakan yang demikian itu, niscaya ia telah benar-benar malu kepada Allah.’’’

Itulah hakikat malu yang harus menjadi bagian dari sikap kita sehari-hari. Apa pun dan menjadi apa pun diri kita harus tertanam rasa malu yang sebenarnya. Apabila rasa malu kepada Allah yang sebenarnya itu tertanam pada jiwa kita bahkan menjadi kepribadian kita maka selamatlah kita di dunia maupun di akhirat. Ketika menjadi pejabat tidak akan mungkin tergiur untuk korupsi karena malu pada Illahi. Ketika diri kita menbjadi pegawai pasti kita akan menunaikan tugas dengan penuh pengabdiuan dan kesadaran diri. (bukan yang lazim terjadi sekarang ini, para pegawai aktif dan rajin jika ada pemimpin, jika tidak ada, semau gue. Malunya hanya karena pemimpin bukan karena malu kepada Allah).

Sebenarnya, buah dari rasa malu sangat indah. Tidak hanya kita dapatkan buah itu di akhirat, tetapi di dunia juga telah dijamin manisnya buah rasa malu yang kita lakukan oleh ALLAH SWT. Hal tersebut telah disabdakan oleh rosulullah dalam hadis Qudsi yang diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal yang artinya:
“Allah berfirman: “Wahai anak cucu Adam, malulah kamu kepada-Ku ketika kamu berbuat maksiat. Aku juga malu kepadamu pada hari penggelaran fakta yang dahsyat (hari kiamat), sesungguhnya Aku akan menyiksamu. Wahai anak cucu Adam, bertobatlah kepada-Ku maka Aku akan memuliakanmu dengan kemuliaan para nabi. Wahai anak cucu Adam, bila kamu bertemu dengan-Ku pada hari kiamat dengan membawa kebaikan sebanyak penghuni bumi maka Aku tidak akan menerimanya darimu sampai kamu mau memberikan janji dan ancaman-Ku. Wahai anak cucu Adam. Aku zat yang memberi Rizki dan kamu tahu aku telah memenuhi rizkimu. Maka janganlah kamu tinggalkan ketaatan kepada-Ku karena rizkimu. Bila kamu meninggalkannya karena rizkimu, maka Aku menimpakan siksa-Ku untukmu.”

Rizki yang telah dianugerahkan kepada kita harus menjadikan diri kita malu kepada Allah. Kita telah dianugerahi kesehatan, kesempatan, kemapuan bekerja, keterampilan untuk mengais uang, kelelahan yang menjadikan kita dapat tidur dan beristirahat, ketenangan dalam bangunan rumah nan indah, kedamaian dalam keluarga, ketengan jiwa untuk mampu tersenyum dan tertawa, kendaraan yang menjadikan diri kita berkelililng di bumi-Nya, dan lain-lain. Seyogianya semua itu harus melahirkan ketaatan diri kita kepada-Nya. Bukan hanya kita manfaatkan untuk urusan-urusan keduniaan yang bersifat menipu dan melalaikan kita pada sang pemberi kenikmatan. Semoga kita selalu dibimbing oleh Allah menjadi orang yang memunyai rasa malu kepada-Nya. Amin.

Plososetro, 21 Ramadhan 1431 H/ 31 Agustus 2010
Nsihat Untuk Istriku tersayang (Khusnul Mar’ah)
Dan anakku (Pradipta Amanda A.S.)
Juga Saudara-saudaraku seiman dan seagama.

Resume Materi Pembelajaran Kebahasaan

PRINSIP, DASAR, DAN ALTERNATIF PEMBELAJARAN KEBAHASAAN


  1. Prinsip pembelajaran kebahasaan

Sesuai dengan hakikat bahasa dan fungsi bahasa yang paling hakiki, pembelajaran bahasa berprinsip “ajarkanlah berbahsa, bukan tentang bahasa” , artinya dalam pembelajaran bahasa, seorang guaru harus lebih menekankan pelatihan-pelatihan penggunaan bahasa sesuai dengan factor-faktor penentu tindak komunkatif. (Apakah factor penentu tindak komunikataif itu?)

  1. Dasar-dasar pembelajaran kebahasaan

Hal-hal yang perlu dicermati dalam pembelajaran kebahasaan adalah bahwa pembelajaran kebahasaan itu
    1. dilaksanakan secara induktif dan deduktif,
    2. merupakan pelatihan pemahaman dan penggunaan bahasa yang bermakna, kontekstual, srta sesuai dengan tujuan dan keperluannya,
    3. mendukung kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa yang bermakana sesuai tujuan dan keperluan,
    4. merupakan kegiatan yang integral dan terpadu dari kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa,
    5. terpusat pada penggunaan bahasa secara fungsional dan bermakna sesuai dengan tujuan dan keperluan komunikasi,
    6. fungsionalitas kebermaknaannya ditentukan oleh pengetahuan sosiolinguistik dan latar wacana,
    7. tidak sepenuhnya menganut tahap-tahap pembelajaran seacara linguistic,
    8. memberikan kemampuan kepada saiswa untuk langsung menggunakan bahasa Indonesia yang pantas bagi dirainya, bagi orang lain, dan  lingkungannya.
    9.  
  1. Alternatif pembelajaran kebahasaan

    1. selaras dengan jenjang pendidikan,
    2. pelatihan kebahasaan dilangsungkan secara berjenjang,
    3. dilakukan setelah siswa dapat berkomunikasi secara fungsional, relevan, dan bermakna bagi dirinya dan orang lain,
    4. bermuara pada kemampuan pemahaman seacra fungsional, relevan, dan bermakna bagi dirinya dan orang lain,
    5. mengarah pada penciptaan pealuang menerapkan variasi bahasa,
    6. berlangsung dalam komunikasi Tanya jawab yang kontaekstual dan bermakna,
    7. bersifat selektif sesuai latar belakang kebahasaan, pengalaman kebahasaan, perbedaan bahasa, dan frekuensi pemakaian bahasa,
    8. berfokus pada cirri-ciri bahasa yang sifatnya semesta,
    9. didasarkan pada konteks yang fungsional,
    10. selalu dikaitkan dengan pemahaman dan penggunaan,
    11. mengajarkan pelafalan menuju pelafalan baku,
    12. mengajarkan ejaan dan tanda baca secara terpadu dengan pelajaran kosa kata, membaca dan menulis, mengajarkan aspek psikologi secara terpadu dengan pembelajaran lain,
    13. mengacu pada wacana yan g kontekstual, fungsional, dan bermakna,
    14. mengajarkan frasa, klausa, dan kalimat secara terpadu berdasarkan wacana yang kontekstual, fungsional, bermakna, serta bermanfaat bagi siswa dan lingkungannya.

Keterangan: Hal-hal yang belum dapat dimengerti atau dipahami, mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan lewat komentar pada blog ini atau melalui email saya dengan alamat: muhamadsubhan69@yahoo.co.id. Mohon maaf dan terima kasih. Semoga para mahasiswa dikaruniai Allah KESUKSESAN yang barokah, amiin. 
                                                                         Materi perkuliahan mata kuliah Pembelajaran kebahasaan

Kamis, 15 Maret 2012

MUHASABAH

KUNCI DILUASKANNYA RIZKI OLEH ALLAH SWT
Oleh Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.

            Di tengah-tengah kesibukan kita menagais rizki di bumi Allah, marilah kita merenungi diri kita terhadap pengabdian kita kepada Illahi, kedekatan kita kepada Allah, keimanan, dan  ketakwaan kita kepada-Nya.  Setelah itu, marilah kita meningkatkan pengabdian, kedekatan, keimanan, dan ketakwaan kita kepada-Nya. Karena hanya dengan semua itu kita akan meraih keselamatan dan kebahagiaan di dunia saat ini dan di akhirat kelak.
            Saudara-Saudaraku yang dirahmati Allah, bila kita cermati, ada beragam cara mencari  rizki. Ada yang menjadi petani, pegawai, pedagang, nelayan, pengamen, pengemis, bahkan ada yang menjual diri. Namun, apa hendak dikata tidak semua ihtiar itu membuahkan hasil tercapainya kehidupan yang sejahtera dan semapan-mapannya. Hal ini memberikan pembelajaran yang terbaik pada diri kita bahwa rizki itu takaran illahi Robbi. Sekuat dan sekeras apa pun ihtiar kita, kalau Allah tidak memberi, mustahil kita mendapatkannya. Lebih-lebih ihtiar yang dilakukan hanya mengandalkan tenaga, kekuatan, dan pikiran semata tanpa melibatkan Allah yang menentukan segalanya. Bahkan sering melupakan bahwa diri ini dalam kuasa Illahi Robbi. Karena itu, marilah kita tetap ihtiar sekuat tenaga, kekuatan, dan pikiran  namun tetap kita sadari sesadar-sadarnya dan seyakin-yakinnya bahwa Rizki itu Allah yang memberi. Allahlah yang memperluas dan mempersempit rizki hamba-Nya. Allahlah yang memegang kuncinya. Kunci-kunci diperluasnya rizki telah diajarkan kepada kita melalui Al-Quran dan Al-hadits kepada kita. Adapun kunci-kunci itu antara lain: