Selasa, 16 Juli 2013

MUHASABAH RAMADHAN

KEUTAMAAN SALAT TARAWIH

Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
Shalat Tarawih merupakan shalat sunnah yang dilaksanakan pada malamnya bulan Ramadan (diistilahkan pula dengan qiyamul lail). Setiap datangnya bulan Ramadan, setiap waktu Isya’ umat Islam menghadiri masjid-masjid untuk turut memanfaatkan momen penting yang datang satu bulan saja dalam setahun ini, yakni salat tarawih dengan berbagai motivasi yang pasti berbeda-benar. Mudah-mudahan motivasi tersebut hanya ingin mendapatkan ridlo Allah semata, Amin. Karena dengan salat tarowih yang didasari dengan iman dan hanya ingin mendapatkan ridlo Allah semata, maka akan diampuni dosa-dosa yang terdahulu. Selain motivasi tersebut, Rasulullah pun memberikan motivasi yang amat berharga untuk kita pahami yaitu mengenai manfaat dan janji Allah bagi hamba-Nya yang menunaikan salat tarawih. Apa manfaat dan janji Allah yang karuniakan dalam Shalat Tarawih itu?

Senin, 15 Juli 2013

MUHASABAH KEHIDUPAN




TIGA KEADAAN YANG YANG MELINGKUPI
KEHIDUPAN MANUSIA
 Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
          
Umat islam selalu berada dalam tiga keadaan yang selalu bergantian, yaitu:
1.   Berada dalam keadaan penuh dengan kenmikmatan,
Sikap yang paling tepat dalam posisi seperti ini adalah bersukur kepada Allah. Dengan sukur Allah akan menambah atau melipatgandakan nikmat itu. Sukur yang baik harus memenuhi prinsip:
a.       Secara lisan memuji kepada Allah (Alhamdulillah) dan menyebut-nyebut nikmat yang dianugerahkan,
b.      Meyakini dengan seyakin-yakinnya dalam hati bahwa semua karunia itu adalah pemberian dari Allah     SWT.
c.       Menggunakan nikmat itu untuk jalan yang diridloi oleh Allah SWT,
d.      Semakin cinta kepada Allah,
e.      Semakin banyak menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya (semakin takwa)
2.       Berada dalam keadaan penuh dengan ujian dan cobaan,
Sikap yang paling benar menghadapi keadaan seperti ini adalah sabar. Sabar adalah menahan diri dari kemarahan, keputusasaan, dan kekecewaan terhadap ketentuan Allah yang tidak menyenangkan pada kita.  Sikap sabar harus ditopang dengan sikap menjaga hati, menjaga lisan, dan menjaga anggota badan.
3.       Berada dalam keadaan penuh dengan kesalahan dan perbuatan dosa.
Sikap yang paling tepat menghadapi keadaan seperti ini adalah Istighfar kepada Allah. Istighfar berarti memohon ampunan kepada Allah atas dosa yang telah dilakukan. Yang terbaik adalah setiap melakukan suatu kesalahan, segera istighfar kepada Allah.

Kamis, 11 Juli 2013

TERMASUK PUASA YANG MANAKAH PUASA KITA?

TERMASUK PUASA YANG MANAKAH PUASA KITA?
Muhamad Subhan, S.Pd., M. Pd.

Ada tiga tingkatan puasa, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususilkhusus.
Puasa umum adalah puasa yang hanya menahan makan, minum,  dan nafsu syahwat terutama tama tidak melakukan hubungan suami istri. Puasa khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara seperti puasa umum tetapi ditambah dengan menahan pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki  dan anggota badan lain dari segala perbuatan maksiat dan dosa. Puasa khususil khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara

Selasa, 01 Januari 2013

ENAM AMALIAH PENYELAMAT DARI FITNAH DUNIA

Oleh Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
(Semoga hari ini menjadi awal yang baik dalam menapaki tahun 2013
Dan Allah mengaruniakan kenikmatan yang indah dan bermakna sepanjang tahun 2013,
Apa yang gagal di tahun lalu, semoga berhasil di tahun ini
Apa yang belum teraih, semoga sukses di tahun ini,
Apa yang buruk di tahun lalu, semoga dapat kita perbaiki di tahun ini.
Apa yang menyakitkan di tahun lalu, semoga menjadi kegembiraan di tahun ini
Semoga Pengabdian kita kepada Allah dan sesama semakin baik.
Amin, amin, amin ya Robbal’alamin.)
Plososetro, 1 Januari 2013.

            Hidup di dunia tidak lepas dari ujian Allah. Ujian itu dapat berupa kebaikan, kemewahan, kebahagiaan, dapat pula berupa keburukan, kemiskinan, kesedihan. Semua bentuk ujian itu dipakai oleh Allah sebagai sarana menilai kualitas keimanan manusia. Ada kalanya seseorang tangguh imannya saat diuji dengan keburukan, kemiskinan, dan kedukaan tetapi amat rapuh imannya tatkala Allah mendatangkan berbagai kenikmatan yang menyenangkan, membahagiakan, dan menggembirakan. Saat sedih seseorang mudah mengingat Allah bahkan menghiba-hiba memohon pertolongan Allah. Sebaliknya, ketika gembira dan bahagia seseorang mudah terlena bahkan silau terhadap kenikmatan itu sehingga lupa kepada Allah Taala, jangankan bersykur, mengingat saja enggan. Fitnah dunia itulah yang akan menentukan kita selamat atau celaka dalam kehidupan di alam kubur dan alam akhirat kelak.
          Agar kita selamat dari fitnah dunia, ada pelajaran yang sangat bermakna dari Khatim Al-Asham, seorang ulama besar. Suatu hari, Guru (Kyai) Khatim Al Asham, Syaqiq Al Balkhi bertanya kepada Khatim, “Sudah berapa lama Kamu rajin datang (ngaji) ke tempatku ini?” Jawab Khatim, “Sudah tiga puluh tahun, Kyai.” “Sudah cukup lama, lalu apa yang sudah Kamu peroleh dariku?” “Selama tiga puluh tahun itu Saya mempelajari enam hal.” Syaqiq terperanjat, “Selama itu Kamu hanya mempelajari enam hal, Khatim?” “Iya Kyai, jika enam hal itu Saya amalkan, saya akan terselamatkan dari fitnah dunia.” Syaqiq melaanjutkan, “Kalau begitu apa enam hal itu, aku juga akan mengamalkan enam hal tersebut agar saya juga selamat dari fitnah dunia,”.