Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
Sering kita jumpai dalam realitas kehidupan, banyak yang mengukur kekayaan dan kefakiran dari kuantitas harta benda, uang, kekayaan, dan jabatan. "enak ya dia, hartanya banyak," kata si fulan. Apakah si fulan mampu melihat, apakah ada kebahagiaan di hati si kaya harta itu? Apakah si kaya harta itu telah puas dan bisa menerima kekayaan yang dimilikinya? ataukah hatinya selalu dan selalu tergoda dan haus untuk memiliki yang lebih banyak, lebih banyak lagi. Kadang kita juga sering berkata,
"Kasihan ya keluarga itu, tinggal di rumah yang tiada apa-apanya, ke mana-mana jalan kaki." Namun tahukah kita di hati mereka ternyata ada ketenangan yang luar biasa. Tahukah kita kalau di hatinya ada kenikmatan yang agung karena mereka menerima keadaannya dengan ihlas tanpa keluhan? Tahukah kita kalau dia senantiasa cukup dan merasa kaya atas keberadaannya. Allah telah menganugerahkan ketenangan dan kebahagiaan di hati si miskin papa itu. Dalam sebuah hadis dikisahkan sebagai berikut:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta itulah yang disebut kaya ?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?” “Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda, “Sesungguhnya yang namanya kaya adalah kayanya hati (hati yang selalu merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa tidak puas).” (HR. Ibnu Hibban)Subhanallah, sesungguhnya yang mendatangkan ketenangan jiwa hanyalah Allah, bukan harta, uang, kedudukan, dan jabatan. Yang terbaik bagi kita adalah ihtiar dengan memeras keringat namun tetap memohon kepada Allah dikaruniai kekayaan hati. Mustahil kita bisa tanang dan bahagia dengan peranti-peranti duniawi jika Allah menghendaki sedih di hati. Peranti-peranti duniawi yang sangat diminimalisasi oleh Allah untuk hamba-Nya, namun jika Allah menghadirkan ketenangan dan kecukupan, tenanglah hati kita. Wallahu a'lam bisshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar