SUKUR NIKMAT
Oleh Muhamad
Subhan, S.Pd., M.Pd.
Kehidupan yang kita jalani
bukanlah semata berjalan dengan sendirinya. Semua berjalan sesuai dengan
sunnatullah. Tidak satu pun tersisa tanpa kehendak Allah. Demikian pula dengan
semua yang kita rasakan, semuanya adalah kehendak-Nya. Mata yang mampu melihat
aneka warna dan cahaya adalah kehendak Allah. Lidah yang mampu merasakan
beraneka rasa adalah kuasa Allah. Hidung yang mampu mencium beragam aroma
adalah irodah Allah. Aktivitas yang kita jalani itu semuanya adalah Allah yang
menggerakkannya. Tanpa daya dan kekuatan dari Allah tidak akan mungkin kita
mampu beraktivitas.
Terhadap semua itu, kita memiliki
kewajiban untuk menyukurinya. Sukur terhadap nikmat Allah tersebut merupakan
indikator ketaatan dan cinta kita kepada-Nya. Ibnu Athoillah mengungkapkan
bahwa barang siapa yang tidak mnyukuri nikmat Allah, sesungguhnya ia telah
membuka jalan hilangnya nikmat dari dirinya. Akan tetapi barang siapa yang
menyukuri nikmat Allah, maka sungguh ia telah memberi ikatan yang kuat pada
nikmat tersebut. Sukur terhadap nikmat tidaklah memberi untung kepada Allah
tetapi untung untuk diri kita sendiri. Andaikan kita tidak bersukur, Allah
tidak tambah rugi. Justru kita sendirilah yang akan menerima akibat yang
menyakitkan baik di dunia maupun di akhirat. Karena sesungguhnya semua nikmat
itu berasal dari Allah semata, sebagaimana firman-Nya
Dan apa
saja nikmat yang ada pada kamu, Maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu
ditimpa oleh kemudharatan, Maka Hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.
(QS An-Nahl: 53)
Implikasi positif dari rasa sukur
yang benar-benar kita jalani adalah bertambah dan berlimpahnya nikmat yang
dikaruniakan kepada kita. Kekufuran kita terhadap nikmat Allah akan
mendatangkan siksa yang amat pedih dari Allah SWT. Sebagaimana firman Allah
dalam Al-Quran surat Ibrahim ayat 7:
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(QS
Ibrahim: 7)
Cara Bersukur
Ada
tiga cara bersukur kepada Allah SWT, (1) sukur dengan hati, (2) sukur dengan
lisan, dan (3) sukur dengan sikap dan perilaku (perbuatan).
Pertama,
sukur dengan hati adalah pernyataan sukur yang terdapat di dalam hati dengan
cara
meyakini syakin-yakinnya dan tidak ada keraguan sedikit pun bahwa semua
nikmat itu datangnya dari Allah SWT. Hal ini bermakna, jangan sampai tebersit
di hati bahwa semua hal yang kita kerjakan dan rasakan serta yang kita miliki
dan kita hasilkan semata-mata usaha diri sendiri. Kita harus mampu mengubah
sikap secara tulus bahwa semua keberhasilan, kekayaan, kesehatan, kemampuan
beraktivitas, dan kemampuan merasakan segala sesuatu itu semata-mata adalah
pemberian Allah.
Kedua,
Sukur dengan lisan adalah pernyataan sukur yang kita ucapkan secara ihlas
dengan ucapan ALHAMDULILLAH serta dengan banyak menyebut nuikmat
pemberian Allah itu, sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Ad-Dhuha ayat
11:
Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.(QS Adh-Dhuhaa:11)
Ketiga,
sukur dengan sikap atau perilaku adalah pernyataan sukur dengan jalan
melaksanakan ibadah dengan anggota badan, dengan amal saleh, dengan akhlak
mulia, dan dengan tutur sapa yang terhormat. Dengan kata lain, bersukur dengan
melaksanakan semua amaliah yang baik dan diridloi oleh Allah SWT.
Semoga tulisan
ini dapat mengingatkan diri penulis secara pribadi dan Saudara-Saudaraku seiman
dan seagama agar dapat menyukuri nikmat Allah sekecil apa pun nikmat itu. Kita
ingat Sabda nabi “Barang siapa yang tidak bersyukur pada pemberian yang
sedikit maka sudah tentu dia tidak akan bersukur pada pemberian yang banyak.
Siapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia, ia pun tidak pernah
bersukur kepada Allah”.
Plososetro,
10 Ramadhan 1435 H/ 8 Juli 2014 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar