ENAM AMALIAH PENYELAMAT DARI FITNAH DUNIA
Oleh Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.
(Semoga hari
ini menjadi awal yang baik dalam menapaki tahun 2013
Dan Allah
mengaruniakan kenikmatan yang indah dan bermakna sepanjang tahun 2013,
Apa yang gagal
di tahun lalu, semoga berhasil di tahun ini
Apa yang belum
teraih, semoga sukses di tahun ini,
Apa yang buruk
di tahun lalu, semoga dapat kita perbaiki di tahun ini.
Apa yang
menyakitkan di tahun lalu, semoga menjadi kegembiraan di tahun ini
Semoga
Pengabdian kita kepada Allah dan sesama semakin baik.
Amin, amin,
amin ya Robbal’alamin.)
Plososetro, 1
Januari 2013.
Hidup di dunia tidak lepas dari ujian Allah.
Ujian itu dapat berupa kebaikan, kemewahan, kebahagiaan, dapat pula berupa
keburukan, kemiskinan, kesedihan. Semua bentuk ujian itu dipakai oleh Allah
sebagai sarana menilai kualitas keimanan manusia. Ada kalanya seseorang tangguh
imannya saat diuji dengan keburukan, kemiskinan, dan kedukaan tetapi amat rapuh
imannya tatkala Allah mendatangkan berbagai kenikmatan yang menyenangkan,
membahagiakan, dan menggembirakan. Saat sedih seseorang mudah mengingat Allah
bahkan menghiba-hiba memohon pertolongan Allah. Sebaliknya, ketika gembira dan
bahagia seseorang mudah terlena bahkan silau terhadap kenikmatan itu sehingga lupa
kepada Allah Taala, jangankan bersykur, mengingat saja enggan. Fitnah dunia
itulah yang akan menentukan kita selamat atau celaka dalam kehidupan di alam
kubur dan alam akhirat kelak.
Agar
kita selamat dari fitnah dunia, ada pelajaran yang sangat bermakna dari Khatim
Al-Asham, seorang ulama besar. Suatu hari, Guru (Kyai) Khatim Al Asham, Syaqiq
Al Balkhi bertanya kepada Khatim, “Sudah berapa lama Kamu rajin datang (ngaji)
ke tempatku ini?” Jawab Khatim, “Sudah tiga puluh tahun, Kyai.” “Sudah cukup
lama, lalu apa yang sudah Kamu peroleh dariku?” “Selama tiga puluh tahun itu
Saya mempelajari enam hal.” Syaqiq terperanjat, “Selama itu Kamu hanya
mempelajari enam hal, Khatim?” “Iya Kyai, jika enam hal itu Saya amalkan, saya
akan terselamatkan dari fitnah dunia.” Syaqiq melaanjutkan, “Kalau begitu apa
enam hal itu, aku juga akan mengamalkan enam hal tersebut agar saya juga
selamat dari fitnah dunia,”.
Enam
pelajaran yang apabila kita mengamalkannya dalam kehidupan di dunia ini adalah:
Pertama, Saya memperhatikan
firman Allah dalam Al-Quran surat Hud
ayat 6, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di atas bumi ini, melainkan
Allah-lah yang member rizkinya.” Kata Khatim, saya adalah salah satu yang
melata di bumi ini, berarti rizkiku sudah diberi atau dijatah oleh Allah. Apa
yang yang menjadi hakku pasti sampai kepadaku. Karena rizkiku sudah dijatah
oleh Allah maka aku serahkan urusan rizki itu kepada Allah dan aku menyibukkan
diri untuk beribadah kepada-Nya dan aku tidak memedulikan hal lainnya.
Kedua,
Saya memperhatikan firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara,” Saya menganggap bahwa semua orang
mukmin adalah saudara dan setiap saudara harus saling menyayangi. Jika terjadi
pertengkaran, perselesihan, dan percekcokan antar saudara muslim dan mukmin
tidak lain itu disebabkan oleh rasa iri dan dengki yang bercokol dalam hati.
Oleh karena itulah, Aku (Khatim) berupaya sekuat kemampuan untuk melenyapkan
penyakit iri dan dengki dalam hatiku. Dengan demikian, jika ada saudara mukmin
yang sakit, aku mendoakannya agar Allah mengaruniakan kesembuhan. Jika ada
saudara mukmin yang sedih, aku turut berempati merasakan kesedihan. Bahkan jika
ada saudara mukmin yang mendapat karunia kebahagiaan, aku turut bersyukur atas
nikmat itu dan aku turut berbahagia. Dengan begitu, damailah kehidupan ini.
Ketiga,
Saya memperhatikan orang-orang yang hidup di dunia ini semuanya memiliki
kekakasih. Dan seorang kekasih harus membuktikan rasa cintanya sepanjang masa
dan dalam keadaan apa saja. Namun Aku melihat semua kekasih itu tidak mau
mengikuti ketika badan dimasukkan ke liang kubur. Untuk itu aku ingin memiliki
kekasih yang akan menemaniku sampai aku masuk ke liang kubur bahkan menungguiku
di alam kubur sampai hari kiamat. Kekasih itu adalah amal-amal saleh yang aku
tunaikan ketika aku masih hidup di muka bumi ini.
Keempat,
Saya memperhatikan bahwa semua orang mempunyai musuh. Semua musuh harus
diwaspadai. Aku pun mempunyai musuh. Musuhku adalah orang kafir dan setan. Menurutku
orang kafir adalah musuh yang paling ringan. Dalam perang jika aku dapat
membunuhnya, aku mendapatkan pahala dan jika aku yang terbunuh aku akan
mendapatkan predikat mati syahid. Setan adalah musuh terberat karena mereka
dapat melihatku sedangkan aku tidak dapat melihat mereka. Setan secara halus
dan senyata-nyatanya selalu menjerumuskan kita agar dapat bersama-sama menjadi
penghuni neraka selama-lamanya.
Kelima,
Saya memperhatikan semua orang di dunia ini mempunyai rumah dan ingin
mempunyai rumah. Rumah di dunia harus dibangun untuk keberlangsungan hidup,
namun harus diingat bahwa rumah di dunia hanya sementara. Saat nyawa kembali ke
hadirat Allah dan jasad masuk ke liang lahat, rumah itu pun harus ditinggalkan.
Selanjutnya, kita tinggal di rumah yang sebenarnya di alam kubur dan alam
khirat kelak di surga. Karena itulah, aku ingin membangun alam kuburku dan
rumah di surga yang merupakan tempat tinggalku yang abadi (selama-lamanya).
Keenam,
Saya memperhatikan bahwa segala sesuatu ada yang mengejar. Aku pun ada
yang selalu mengejar, yaitu malakul maut (malaikat pencabut nyawa).
Sewaktu-waktu aku pasti tertangkap. Aku pun akan meninggalkan dunia ini. Karena
itu sebelum aku tertangkap, aku harus mempersiapkan semuanya.
Demikianlah
bahan perenungan singkat ini, semoga kita dapat belajar dari enam hal dari
Khatim Al Asham sehingga kita selamat dari fitnah dunia. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar