Kamis, 11 Juli 2013

TERMASUK PUASA YANG MANAKAH PUASA KITA?

TERMASUK PUASA YANG MANAKAH PUASA KITA?
Muhamad Subhan, S.Pd., M. Pd.

Ada tiga tingkatan puasa, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususilkhusus.
Puasa umum adalah puasa yang hanya menahan makan, minum,  dan nafsu syahwat terutama tama tidak melakukan hubungan suami istri. Puasa khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara seperti puasa umum tetapi ditambah dengan menahan pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki  dan anggota badan lain dari segala perbuatan maksiat dan dosa. Puasa khususil khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara
seperti puasa umum dan khusus ditambah dengan puasanya hati yakni menahan diri dari perhatian-perhatian yang rendah dan pemikiran-pemikiran duniawiyah yang dapat melupakan hati terhadap Allah SWT. Semua aktivitas lahir dan batin dilandasi ingat dan untuk Allah. Singkatnya, puasa khususil khusus adalah puasa dengan cara menahan dari segala sesuatu untuk selain Allah Azza wajalla secara total (keseluruhan)

Syarat-Syarat Batiniah Dalam Berpuasa
            Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majjah, “Sangat banyak orang yang berpuasa tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata (Pahala puasanya lenyap sama sekali).”  Ada tiga penafsiran terhadap sabda rasulullah tersebut. Pertama, orang yang tidak mendapatkan pahala puasa itu adalah orang yang berpuasa tetapi ketika berbuka mereka berbuka dengan makanan-makanan yang haram dan diperolah dari jalan yang haram pula. Kedua, orang yang tidak mendapatkan pahala puasa adalah orang yang berpuasa juga menahan diri dari makanan yang haram, tetapi mereka suka makan daging manusia (mereka mengumpat kejelekan orang lain juga membuka aib orang lain). Ketiga, mereka yang tidak mendapatkan pahala dari puasanya adalah mereka yang berpuasa tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
                Kita dapat menhindarkan diri dari kesia-siaan puasa yang kita jalani dengan melakaukan ihtiar batin seperti dibawah ini.
Pertama, “memejamkan mata” dan menahan diri dari keleluasaan pandangan terhadap sesuatu yang tercela dan dibenci oleh Allah SWT. Menahan pandangan mata dari segala sesuatu yang menyebabkan keterlenaan kita dari berdikir atau ingat kepada Allah Azza Wajalla.
Kedua, menjaga lidah dari canda tawa yang tidak bermanfaat, berdusta, mengumpat, mengadu domba, perkataan kotor, caci maki, permusahan, kemarahan, dan menunjuk-nunjukkan kebaikannya kepada orang lain (Pamer).
Ketiga, menahan pendengaran dari segala sesuatu yang dibenci Allah. Segala sesuatu yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan.
Keempat, menahan seluruh anggota badan kita dari segala perbuatan dosa.
Kelima, menahan diri dari makan yang berlebihan saat tiba waktu berbuka meskipun makan-makanan yang dimakan itu halal dan diperoleh dari jalan yang halal. Sesungguhnya tidak ada suatu wadah yang paling dibenci Allah taala kecuali perut yang berisi makanan meskipun halal.
Keenam, Setelah berbuka hendaklah memiliki rasa ketakutan atau kehawatiran dalam hati akan diterimanya puasa kita oleh Allah SWT. Apakah puasa dan amal-amal yang kita laksanakan itu diterima atau ditolak oleh Allah SWT? Dengan perasaan yang demikian, kita dapat selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sehingga hari berikutnya akan lebih berhati-hati dalam menjalankan ibadah puasa dan amal-amal perbuatan yang lainnya.
            Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi bahan perenungan kita untuk menjalankan ibadah puasa kita di bulan ramadhan ini dengan sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya. Semoga Allah meridloi dan menerima amal ibadah kita, Amin.
Wallahul muwfiq ila aqwamith thoriq
Wassalamualikum warohmatullahi wabarokatuh.

Plososetro, 11 Juli 2013/ 2 Ramadhan 1434 H
Muhamad Subhan, S.Pd., M.Pd.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar