TERMASUK
PUASA YANG MANAKAH PUASA KITA?
Muhamad Subhan, S.Pd., M. Pd.
Ada tiga tingkatan
puasa, yaitu puasa umum, puasa khusus, dan puasa khususilkhusus.
Puasa umum adalah puasa yang hanya menahan makan, minum, dan nafsu syahwat terutama tama tidak
melakukan hubungan suami istri. Puasa khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara seperti puasa umum tetapi
ditambah dengan menahan pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan anggota badan lain dari segala perbuatan
maksiat dan dosa. Puasa khususil khusus adalah puasa yang dilakukan dengan cara
seperti puasa
umum dan khusus ditambah dengan puasanya hati yakni menahan diri dari
perhatian-perhatian yang rendah dan pemikiran-pemikiran duniawiyah yang dapat
melupakan hati terhadap Allah SWT. Semua aktivitas lahir dan batin dilandasi
ingat dan untuk Allah. Singkatnya, puasa khususil khusus adalah puasa dengan
cara menahan dari segala sesuatu untuk selain Allah Azza wajalla secara total
(keseluruhan)
Syarat-Syarat Batiniah
Dalam Berpuasa
Rasulullah
SAW bersabda yang diriwayatkan oleh Nasa’i dan Ibnu Majjah, “Sangat
banyak orang yang berpuasa tetapi mereka tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya itu kecuali hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata (Pahala puasanya
lenyap sama sekali).” Ada tiga
penafsiran terhadap sabda rasulullah tersebut. Pertama, orang
yang tidak mendapatkan pahala puasa itu adalah orang yang berpuasa tetapi
ketika berbuka mereka berbuka dengan makanan-makanan yang haram dan diperolah
dari jalan yang haram pula. Kedua, orang yang tidak mendapatkan
pahala puasa adalah orang yang berpuasa juga menahan diri dari makanan yang
haram, tetapi mereka suka makan daging manusia (mereka mengumpat kejelekan orang
lain juga membuka aib orang lain). Ketiga, mereka yang tidak
mendapatkan pahala dari puasanya adalah mereka yang berpuasa tetapi tidak
menjaga anggota tubuhnya dari melakukan perbuatan-perbuatan dosa.
Kita dapat menhindarkan diri dari kesia-siaan puasa
yang kita jalani dengan melakaukan ihtiar batin seperti dibawah ini.
Pertama, “memejamkan mata” dan menahan diri dari keleluasaan
pandangan terhadap sesuatu yang tercela dan dibenci oleh Allah SWT. Menahan
pandangan mata dari segala sesuatu yang menyebabkan keterlenaan kita dari
berdikir atau ingat kepada Allah Azza Wajalla.
Kedua, menjaga lidah dari canda tawa yang tidak bermanfaat,
berdusta, mengumpat, mengadu domba, perkataan kotor, caci maki, permusahan,
kemarahan, dan menunjuk-nunjukkan kebaikannya kepada orang lain (Pamer).
Ketiga, menahan pendengaran dari segala sesuatu yang dibenci
Allah. Segala sesuatu yang haram diucapkan, haram pula untuk didengarkan.
Keempat, menahan seluruh anggota badan kita dari segala
perbuatan dosa.
Kelima, menahan diri dari makan yang berlebihan saat tiba
waktu berbuka meskipun makan-makanan yang dimakan itu halal dan diperoleh dari
jalan yang halal. Sesungguhnya tidak ada suatu wadah yang paling dibenci Allah
taala kecuali perut yang berisi makanan meskipun halal.
Keenam, Setelah berbuka hendaklah memiliki rasa ketakutan
atau kehawatiran dalam hati akan diterimanya puasa kita oleh Allah SWT. Apakah
puasa dan amal-amal yang kita laksanakan itu diterima atau ditolak oleh Allah
SWT? Dengan perasaan yang demikian, kita dapat selalu berdoa dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT sehingga hari berikutnya akan lebih berhati-hati dalam
menjalankan ibadah puasa dan amal-amal perbuatan yang lainnya.
Semoga
tulisan singkat ini dapat menjadi bahan perenungan kita untuk menjalankan
ibadah puasa kita di bulan ramadhan ini dengan sebenar-benarnya dan
sebaik-baiknya. Semoga Allah meridloi dan menerima amal ibadah kita, Amin.
Wallahul muwfiq ila
aqwamith thoriq
Wassalamualikum
warohmatullahi wabarokatuh.
Plososetro,
11 Juli 2013/ 2 Ramadhan 1434 H
Muhamad
Subhan, S.Pd., M.Pd.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar