Ramadhan telah datang, artinya fasilitas Allah dibuka untuk hamba-hamba-Nya yang beriman agar berkiprah ibadah dan berbenah diri menjadi hamba yang saleh. Kesalehan yang harus terbentuk adalah saleh kepada Allah dan saleh kepada sesama. Tetapi banyak di antara saudara-saudara muslim yang berkiprah ibadah di bulan Ramadhan ini terfokus pada ibadah ritual dengan mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah. Siang dan malam hampir tidak ada waktu luang untuk menyapa sesama. Sementara itu, haus (dahaga) dan lapar tidak mampu melahirkan rasa solidaritas pada sesama. Bagaimana orang-orang yang setiap hari kelaparan, bagaimana orang-orang miskin bekerja keras hanya demi mengganjal perut untuk bertahan hidup, bagaimana anak-anak yatim yang menangis sambil mengais rizki di pinggir-pinggir jalan. Apakah keadaan seperti itu telah menjadi perenungan hamba-hamba Allah yang merasa sangat dekat dengan Allah di bulan ini? Apakah keadaan seperti itu telah mampu mendobrak hati kita yang tumbuh subur sifat ANTIPATI, MASABODOH, MERASA HEBAT DAN PALING BENAR menjadi tumbuh subur sifat EMPATI, SIMPATI, PEDULI, dan RENDAH HATI?
Sebenarnya, tujuan dari siam Ramadhan adalah membentuk pribadi yang BERTAQWA yang implementasinya adalah saleh kepada Allah dan saleh kepada sesama. Oleh karena itulah fasilitas Ramadhan dengan kewajiban berpuasa di dalamnya dianugerahkan oleh Allah kepada hambanya. Jika puasa yang kita jalani belum mampu mengubah kesalehan kita maka kita tergolong dalam sabda Rasulullah bahwa banyak umat Rasulullah yang berpuasa namun hanya mendapatkan lapar dan dahaga semata. Untuk itulah, marilah kita jalani ibadah siam di bulan Ramadhan ini dengan baik dan benar dan hanya mengharap ridlo Allah ta’ala. Kita jadikan puasa ini pelajaran, pelatihan diri, dan proses pengubahan diri menjadi hamba Allah yang saleh pada-Nya dan sesame. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar